PAPUA Jeritan Surga yang Berdarah
Papua, tanah surga yang Tuhan lukis,
Hutanmu hijau, gunungmu gagah berdiri,
Lautmu luas, biru bagai permata,
Namun siapa sangka di balik megahnya,
Darah kami mengalir di tanah yang kami sebut rumah.
Di bawah rindang pepohonan yang menari bersama angin,
Ada jejak-jejak sepatu, bukan milik kami,
Mereka datang membawa logam hitam dan janji kosong,
Menggali perut bumi, mengoyak luka hati,
Emas diambil, nyawa melayang,
Siapa kami di mata mereka? Hanya angka tanpa makna.
Kami tak meminta lebih dari hak kami,
Hidup damai, berdiri di atas tanah leluhur,
Tapi bagi mereka, itu ancaman,
Karena kami mencintai tanah kami sendiri,
Karena kami tak ingin tunduk pada kerakusan tak berujung.
Gunung-gunung saksi bisu,
Hutan-hutan tak lagi berbisik damai,
Mereka teriak, mereka menangis,
Melihat anak-anak kami kehilangan ayah,
Melihat ibu-ibu kami berlutut kehilangan suami,
Semua karena kekayaan yang mereka inginkan,
Bukan untuk kami, tapi untuk mereka yang jauh di seberang.
Namun ingatlah, meski kami dilukai,
Hati ini tak pernah berhenti berdetak,
Mimpi ini tak pernah redup,
Langkah kami mungkin terseok,
Tapi suara kami akan terus menggema,
Di lembah, di pantai, di gunung, di udara,
Papua merdeka, bukan sekadar kata,
Tapi nyawa, tapi darah, tapi doa.
Mari, saudara-saudaraku,
Angkat suaramu, genggam harapanmu,
Kita lawan dengan doa, dengan cinta pada tanah ini,
Karena Papua bukan sekadar tanah kaya,
Papua adalah rumah, jiwa, dan kehidupan kita.
Mereka mungkin datang membawa peluru,
Tapi kita memiliki hati yang tak bisa dibunuh,
Kita adalah penjaga surga ini,
Dan surga ini tak akan jatuh ke tangan mereka,
Selama kita masih berdiri, selama kita masih bermimpi.
Papua, tanah darah, tanah air,
Di sinilah perjuangan ini dimulai,
Dan di sinilah kita akan menang.
Karya Melek Bagau